Notification

×

Iklan

Iklan

Membanggakan! Kapus Penelitian UIN Sultanah Nahrasiyah Wakili Indonesia di Asia Research Institute NUS

30/06/2025 | 16:29 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-30T09:29:11Z




Lhokseumawe - Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe Baiquni, M.A., Ph.D terpilih sebagai salah satu peserta dalam ajang bergengsi 20th Singapore Graduate Forum on Southeast Asian Studies yang diselenggarakan oleh Asia Research Institute (ARI), National University of Singapore (NUS), pada 16–27 Juni 2025.


Dalam forum tersebut, Baiquni, Ph.D. mempresentasikan hasil penelitian berjudul “Makna Perang Sabil Teungku Kuta Karang sebagai Kritik terhadap Tatanan Dunia Eurosentris pada Akhir Abad ke-19.”


Forum ini merupakan salah satu program fellowship unggulan Asia Research Institute (ARI) sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu yang mempertemukan peneliti muda dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Thailand, Jepang, India, Australia, Filipina, Cina, Sri Lanka, hingga Amerika Serikat.


Ia menjelaskan sekitar 200 pendaftar hanya 50 peserta yang dinyatakan lolos seleksi abstrak penelitian. Selanjutnya peserta diharuskan mengumpulkan 4000-5000 kata artikel untuk paparkan tulisan. Jelasnya.


Forum ini berlangsung secara hybrid: minggu pertama dilaksanakan secara daring, sementara minggu kedua berlangsung langsung di kampus NUS Singapura.


Selama dua minggu, peserta tidak hanya mempresentasikan riset mereka dengan tema interdisipliner terkait studi Asia Tenggara, tetapi juga mengikuti serangkaian masterclass yang membahas metode penelitian terbaru. Salah satu kelas Masterclass ini misalnya menggabungkan bagaimana Artifisial Inteligen versi lokal bisa digunakan untuk menganalisis data-data kualitatif misalnya dari kajian digital humaniora secara kuantitatif.


Pada sesi panel, peserta dibagi berdasarkan tema penelitian, di mana setiap presentasi mendapat masukan dari ahli dan peserta lain. Diskusi ini menjadi ruang kritis untuk memperkaya perspektif, terutama dalam menggali pendekatan-pendekatan inovatif yang jarang dibahas di ranah akademik konvensional . 


“Bagi saya, forum ini tidak hanya wadah untuk memaparkan hasil penelitian, tetapi juga kesempatan emas untuk membangun jejaring dengan peneliti global. Interaksi dengan peserta dari latar belakang budaya dan disiplin ilmu beragam memberikan wawasan baru tentang dinamika sejarah, politik, dan budaya Asia Tenggara yang kompleks.” Tuturnya. 


Dengan menggabungkan presentasi riset, masterclass, dan diskusi intensif, forum ini berhasil menciptakan ekosistem kolaboratif yang mendorong peneliti muda untuk melihat Asia Tenggara dari kacamata kritis dan transnasional jauh dari narasi Eurosentris yang selama ini mendominasi . 


Ia berharap forum ini menjadi pengalaman akademik yang tak ternilai, sekaligus pengingat bahwa studi Asia Tenggara harus terus dikembangkan dengan pendekatan inklusif dan reflektif. 


Editor : Azwar K

×
Berita Terbaru Update